Presiden ketiga RI, Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto di Jakarta, Rabu (11/9/2019).
Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu meninggal akibat penyakit yang dideritanya.
Semasa hidupnya, banyak hal yang telah diperbuat Presiden ketiga RI ini, terutama terhadap pembangunan di Batam, Kepulauan Riau.
BJ Habibie, begitu panggilan akrabnya menginginkan Batam tumbuh pesat pembangunannya dan mampu menyaingi negara tetangga, yakni Singapura.
Bahkan dalam kunjungannya belum lama ini ke Batam, BJ Habibie sempat berpesan dan menginginkan pengelolaan Batam kembali pada konsep awal.
Hal ini menjadi solusi penting untuk menyelesaikan kisruh dualisme kewenangan yang terjadi di Batam saat ini antara BP Batam (Otorita Batam) dengan Pemko Batam, demi pengembangan Batam yang lebih baik.
Ide pengembangan Batam: dari Soeharto hingga BJ Habibie
Dia menceritakan ide pengembangan Batam pertama kali dicetuskan oleh Soeharto, sebelum menjadi Presiden. Saat ada konfrontasi dengan Malaysia, Soeharto ditugaskan di Batam.
Pulau tidak berpenghuni ini letaknya berdekatan dengan Singapura, yang menjadi pusat lalu lintas perdagangan. Dan ketika Soeharto menjadi Presiden, Soeharto ingin Batam bisa menyaingi Singapura.
Terlebih saat itu Pertamina sedang menikmati hasil keuntungan yang bagus, akibat harga minyak dunia yang tinggi.
Tentunya tidak sulit bagi Soeharto untuk membangun Batam menjadi kota yang dapat menyaingi Singapura.
Tahun 1971, Soeharto pun menugaskan Direktur Utama Pertamina Ibnu Sutowo untuk membangun Batam, pertimbangannya karena wilayah Batam dekat dengan daerah operasi Pertamina di Natuna.
Pertamina membangun Batam menjadi lokasi logistik penyimpanan pipa untuk kebutuhan perminyakan. Baru dua tahun membangun Batam, Pertamina kesulitan keuangan.
Ambil alih pengembangan Batam dari Pertamina
Sehingga di tahun 1973 Soeharto meminta BJ Habibie mengambil alih pengembangan Batam dari Pertamina.
BJ Habibie meminta agar pengembangan Batam diubah. Dia ingin pengembangan Batam dilakukan dengan caranya sendiri dan Soeharto menyetujuinya.
Untuk bisa mengalahkan Singapura, luas Pulau Batam yang hanya 75 persen dari negara tersebut harus ditambah.
Makanya dia memperluas daerahnya ke pulau lain di sekitarnya yakni Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru, dengan membangun enam Jembatan Barelang.
Sebagai konseptor dan orang pertama yang menjadi Kepala Otorita Batam (BP Batam), BJ Habibie ingin Batam menjadi wilayah khusus ekonomi.
"Batam ini dibangun untuk bisnis dengan harapan mampu menyaingi Singapura," kata Habibie saat berkunjung ke Batam belum lama ini.
BJ Habibie ingin Batam menjadi ujung tombak pembangunan dan modernisasi Indonesia. Hingga akhirnya Batam diarahkan menjadi pusat industri di dalam negeri.
Soal dualisme kewenangan BP Batam dan Pemkot Batam
Saat ini dia cukup puas dengan pembangunan Batam yang sudah cukup maju, dibandingkan saat pertama kali dirinya masuk ke Batam.
Meski begitu, dia mengakui masih ada permasalahan yang menghambat, terutama terkait dualisme kewenangan antara BP Batam dan Pemerintah Kota Batam.
Bahkan untuk menimaliair dualisme kepemimpinan tersebut, Bapak Otorita Batam ini mengaku sangat setuju Batam menjadi provinsi tersendiri atau terlepas dari Kepulauan Riau.
"Saya setuju Batam dijadikan provinsi istimewa dan sudah seharusnya Batam terpisah dari Kepulauan Riau untuk menjadi ujung tombak pusat ekonomi daerah terdepan Indonesia," jelas BJ Habibie.
Dengan begitu, Batam bisa lebih cepat maju dengan konsep sebagai kota ekonomi, bila perlu menjadi kota pysat casino seperti Singapura dan Malaysia.
"Yang penting sistemnya diperjelas, dan hanya diperuntukan untuk orang asing saja bukan orang Indonesia," paparnya.
No comments:
Post a Comment